Masih dalam suasana bulan Maulid, beberapa pekan lalu perayaan maulid banyak dilaksanakan dibeberapa daerah di Indonesia. Perayaan yang dilaksanakan pun bermacam-macam kegiatan dan bentuk. Ada yang merayakannya dengan nilai ke-Islaman maupun dengan adat istiadat tradisional.
Di Banjarmasin sendiri, perayaan maulid dilaksanakan dengan Pembacaan Maulid Simtud Dhuror (Maulid Habsyi) yang diiringi tabuhan rebana dan diisi dengan ceramah agama oleh tokoh ulama setempat. Tradisi baca Maulid Habsyi ini sendiri bisa disebut sebagai salah satu tradisi suku Banjar.
Berbeda dengan perayaan maulid yang dilaksanakan oleh masyarakat Banjar, perayaan maulid masyarakat Madura yang berada di Banjarmasin mempunyai perbedaan. Mulai dari pembacaan maulid yang menggunakan Maulid Diba’i, tanpa tabuhan rebana, dan tanpa menghadirkan ceramah agama. Namun rasa kekeluargaan dan keakraban begitu terasa ketika pembacaan maulid selesai yang tentu menjadi ajang silaturrahmi khususnya bagi masyarakat madura yang tinggal di Banjarmasin.
Nah lalu apa inti atau esensi dari perayaan Maulid itu sendiri? Tentunya perayaan maulid itu tidak sekedar memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan berkumpul dan memuji-muji Nabi Muhammad. Lebih dari itu, perayaan Maulid adalah sebuah identitas atas suatu masyarakat untuk mengungkapkan perasaan cinta kepada Nabi Muhammad itu sendiri yang tentu saja akan menimbulkan manusia-manusia yang memang bisa meneladani perilaku beliau.
*Dibawah ini, foto-foto Perayaan Maulid masyarakat Madura yang dilaksanakan di Banjarmasin:
As posted in April 2010
Penulis |