Gw sudah sering banget jalan ke Pasar Terapung; baik Pasar Terapung Kuin maupun Lok Baintan. Tetapi dalam sejarah gw mengeksplorasi Banjarmasin, ada satu hal yang belum pernah gw lakukan, yaitu melihat fauna Bekantan secara langsung meskipun di kota Banjarmasin ada patungnya seorang. Akhir bulan Agustus lalu, gw menerima request hosting dua kenalan foreginer bernama Tina dan Jan, couple dari negara sosialis Jerman. Mereka bisa dibilang merupakan member Couchsurfing yang benar-benar memahami prinsip Couchsurfing. Bagi yang gak tau apa itu Couchsurfing, silahkan mampir ke video yang sudah gw buat beberapa tahun lalu tentang social network yang mementingkan interaksi didunia nyata.
Selama gw hosting, seperti biasa tujuan mereka pasti ingin berangkat ke Pasar Terapung, gw pun mencarikan joki kelotok untuk mereka berangkat nantinya, selama empat hari. Mereka ingin mengekplorasi kota Banjarmasin, bersama dengan Dante; teman sekaligus tetangga gw. Hari pertama kami jalan-jalan ke Menara Pandang sambil mengobrol banyak tentang berbagai hal yang mendasar.
|
New Sight-seeing Tower in Banjarmasin |
Besok paginya, gw bersedia untuk ikut menemani mereka ke Pasar Terapung Lok Baintan, mungkin sudah tiga bulan gw gak kesana. Selain karena gw senggang, Tina dan Jan sangat menyenangkan untuk diajak berdiskusi selama di perjalanan. Selesai mengunjungi Pasar Terapung, mereka pun gw kasih kebebasan untuk jalan-jalan mengekplorasi kota Banjarmasin sendiri sambil memberi tahu gw bahwa besoknya mereka akan berangkat menuju Pulau Kaget; untuk melihat Bekantan dan mereka butuh bantuan gw untuk mengontak joki kapal lagi. Karena perihal melihat fauna khas kalsel sangat gak pernah gw lakukan, gw bilang apakah gw boleh ikut? Mereka dengan senang hati mempersilahkan gw untuk ikut. Btw, untuk biayanya. Gratis euy.
|
Floating Market as usual... crowded. |
Setelah jumatan sekitar jam 3 siang besok harinya (padahal dijadwalkan jam 2 siang) tapi karena kita punya budaya jam karet, akhirnya mulai berangkat agak sore. Gw mengontak joki kapal yang sudah di booking, sambil menanyakan tentang apa saja yang harus di ketahui. Pak Bayun, sang joki kelotok mengatakan untuk biaya ke Pulau Kaget sekitar 250rb-300rb untuk pulang pergi dan cukup untuk 6 orang. Jarak tempuh dari Banjarmasin ke Pulau Kaget sekitar dua jam dan untuk menemukan Bekantan disana untung-untungan, karena Bekantan adalah binatang yang pemalu jadi jika beruntung di sore hari mereka akan berada di pinggiran Pulau untuk nongkrong (serius nih). Sayangnya, Pulau Kaget tidak bisa di jajaki, jadi kelotok hanya akan menyisir bagian pinggir pulau. Gw pun mengatakan hal ini kepada Tina dan Jan, mereka bilang gak apa-apa, yang penting bisa melihat Bekantan walaupun sedikit.
|
Ready to go... |
Akhirnya, kelotok kami berangkat. Selama di perjalanan karena sungai sedang pasang, Tina dan Jan khawatir karena gelombang air memasuki kelotok ketika kami berada di muara sungai, tetapi Pak Bayun mengatakan untuk tenang saja. Alhamdulillah, hal yang buruk tidak terjadi. Selanjutnya selama sisa perjalanan kami asyik membicarakan situasi politik daerah masing-masing dan juga bertukar pandangan bagaimana tentang cara berpikir antara orang Jerman dan Indonesia yang mereka sudah temukan. Topik agama pun tak luput jadi bahan yang asyik di bicarakan, gw mencoba untuk menjadi moderat dan memberikan komentar yang tidak terlalu memihak.
Dua jam diatas kelotok akhirnya kami tiba di Pulau Kaget, beruntung Tina membawa kamera dan lensa (jadi kalau mau kesini siapkan kamera dan lensa jarak jauh). Hanya ada beberapa kali kawanan Bekantan yang ditemukan, gw rasa kami agak sedikit beruntung karena seperti yang joki bilang kadang tidak ada Bekantan ditemukan sama sekali, saat kami berada disana sekitar jam 5 sore, akhirnya kelotok menyisir daerah pinggiran sungai Kaget, karena gw hanya pakai ponsel, jadinya gw cuma ngeliat bekantan dari jauh, well setidaknya pernah liat bentuknya secara nyata. Foto berikut diambil dari kamera Tina.
|
One of side Kaget Island. |
|
Hunting the pic... |
|
Bekantan is shy mammal... they dont like popularity. |
They were small Bekantan families we have found, I think we're just get little bit luckiness because atleast I can see some of them, not many of them. Our jockey said, its quite fortunate to find them there and for me atleast I can see them directly, and that's just a plus point of this trip. We have arrived at 05.00 pm in the evening.
Setelah puas berkeliling dan tidak menemukan lagi Bekantan kami berangkat pulang sekitar jam setengah 6 sore, dalam perjalanan balik, kami menemukan sebuah pohon yang terletak sendirian ditengah air dekat pulau. Sebelum benar-benar berangkat balik, Tina dan Jan meminta joki untuk mengambil foto mereka yang nangkring disana. Agak mirip foto pre-wedding gitu, tetapi jujur landscape-nya sangat bagus. Berikut jepretan yang diambil.
|
I felt like a pro.. |
Sesampainya di Banjarmasin, hari sudah gelap dan sekitar jam 8 kami tiba. Malamnya kami lanjutkan untuk masak bareng bersama teman gw Dante; awalnya mau masak masakan jerman, tapi berubah jadi masak nasi goreng disertai malam yang panjang untuk berdiskusi banyak tentang apapun bersama mereka.
|
Cooking on my parent's warung. |
|
End up eating together. |
Last Pic:
|
Banjarmasin common daily clothes. |