Setelah bersilaturahmi bersama keluarga dan keliling kampung buat silaturahmi, dihari keempat setelah Lebaran hari raya gw ngumpul dan reunian bersama teman sma gw. Karena masing masing dah punya THR sendiri kami memutuskan untuk nonton film kebioskop rame-rame. Pilihan yang jatuh untuk ditonton pun adalah film superhero Antman. Gw bersama 5 teman memesan tiket film besutan Marvel ini.
Sebelumnya ada 3 karakter penonton yang gw saring dari teman gw ketika menonton film aksi seperti ini. Pertama, penonton yang sangat passive dan karena ikut ikutan. Kedua, penonton post-passive karena film ini adalah aksi yang gak perlu mikir banyak, apalagi Superhero. Ketiga, penonton yang berekpektasi lebih karena dia adalah seorang penggemar film superhero dan membanding-bandingkan dengan karya aslinya, yaitu komik. Dan karena gw penggemar amatiran dalam dunia Marvel. Maka gw adalah orang yang kedua. Hehe..
Bercerita tentang seorang pencuri mahir yang mempunyai masalah keluarga dan mengasuh anak dimana ia baru saja keluar dari penjara dan ingin menjalani hidup dengan baik. Karena reputasinya yang dianggap kriminal, ia susah mendapatkan kerjaan baiknya, tentunya teman teman terdahulunya mengajak ia untuk bergabung dalam operasi perampokan (sebenarnya bukan rampok sih, dalam English disebut heist kecil kecilan. So karena terpaksa jadilah ia ikut. Tanpa disangka, ia ternyata mencuri sebuah supersuit yang bisa membuat dirinya mengecil dan semua sudah diatur sedemikian rupa oleh pemilik pakaian tersebut yang sengaja menjebaknya. Jadilah ia berada dalam dilema apakah ia harus mengikuti keinginan pemilik aslinya untuk melakukan misi pencurian sebuah item berharga yang dapat menghancurkan dunia, atau ia berurusan dengan polisi. Tentunya, barang yang dicuri adalah barang yang sangat dijaga ketat dengan teknologi tingkat tinggi sehingga ia harus menggunakan pakaiannya untuk melaksanakan misi tersebut.
Tidak seperti film Superhero kebanyakan, film ini sangat fun dan funny menurut gw karena premis seorang yang anti hero harus melakukan tindakan yang heroik. Mengingatkan gw dengan Guardian of Galaxy. Tidak ada adegan bak buk yang memerlukan puluhan penjahat yang mudah dikalahkan karena sepanjang film kita akan melihat latihan, strategi dan hal-hal yang berhubungan dengan motivasi dan alasan tiap karakternya bertindak. Seperti film kebanyakan, seorang main character tentu harus mempunyai side-kick, di film ini karakter utama akan dilatih oleh anak sang pemilik kostum tersebut dan you know... pasti ada hubungan romance, tetapi hal tersebut tidak terlalu ditonjolkan.
Hal yang menarik yang gw tangkap adalah ketika 3 karakter penonton yang gw sebutman diatas ternyata sangat menikmati dan dapat memahami plot di film ini, karena sebelumnya pas gw nonton Avengers: Age of Ultron beberapa bulan lalu. Teman gw ada yang sampe ketiduran dan ada juga yang sok memperhatikan dan gw paham dia sebenarnya gak ngerti jalan cerita karena Avengers terlalu banyak reference yang membuat penonton awam tidak paham kecuali melihat segerombolan superhero menghajar alien. Dalam menonton Antman, semua terhibur meskipun tidak ada yang menanyakan plothole dan bagaimana film ini akan berlanjut di installment berikutnya karena penceritaan yang menurut gw tidak mengharuskan penonton untuk memahami cerita komik ataupun Cinematic Universe dari marvel.
Gw pribadi sangat puas dengan film ini, dari humor verbal sampai penokohan yang sesuai dengan tiap karakter, Antman lebih cocok disebut film Komedi aksi, dimana sisi komedinya lebih menonjol ketimbang aksinya. Ditambah dengan pengalaman menonton 3D, melihat berbagai "keajaiban" yang ditunjukkan dimana manusia bisa mengontrol semut dan mengecilkan dirinya. Gw rasa jika cerita diarahkan kelebih gelap akan menjadi menarik. Kesan yang gw tinggalkan setelah menyaksikan film ini bagaikan digigit semut diotak. Mustahil.
P.s : Menurut trivia yang gw baca, skenario awal film Antman sebenarnya bercerita tentang semut yang ingin menjadi manusia dimana ceritanya lebih fokus kekomedi. Jika kamu familiar dengan Scott Pilgrim dan Shaun of The Dead. Jika sutradara kedua film ini berhasil mengajukan idenya, mungkin hasilnya akan lain dan berpengaruh kepenonton awam yang kurang mengerti konsep komedi dari sutradara yang menjadi penulis naskah Antman ini.